Pengasuh:KH. BADRIL MUNIR
KH. AGUS MASRUCHIN BADRI
Alamat:JL. JEMBER SETAIL GENTENG-BWI
Propinsi:Jawa_Timur
Contact:Telp:0333 846382
Fax:
Email:
Website:
Keterangan:Menerima:Putra-Putri
Deskripsi:Pesantren Raudlatut Thalabah Setail (RTS) berdiri sekitar tahun 1950 yang didirikan Oleh KH. Badril Munir. Dan sekarang diteruskan oleh KH. Agus Masruchin Badri
لاَ يُؤْمِنُوْ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُؤْمِنَا بِمُحَمَّدٍ صَلَّى للّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم
BISMILLAHI WA 'ALA MILLATI WA SUNNATI ROSULILLAH
ALLOHUMMA SHOLLI 'ALA SYAIDINA MUHAMMADIN NURI DZATI WA SIRRI SARI SIRRUHU SARIYYAN BIJAMI'IL ASMA WA SIFAT
ALLOHUMMA SHOLLI 'ALA SYAIDINA MUHAMMADIN WA 'ALA ALIHI WA SHOHBIHI WASALLIM TASLIMAN KATSIRO

Senin, 28 Maret 2011

DAHSYATNYA SEDEKAH

Kedatangan bulan Ramadhan setiap tahunnya tak henti menjadi penghibur hati orang mukmin. Bagaimana tidak, beribu keutamaan ditawarkan di bulan ini. Pahala diobral, ampunan Allah bertebaran memenuhi setiap ruang dan waktu. Seorang yang menyadari kurangnya bekal yang dimiliki untuk menghadapi hari penghitungan kelak, tak ada rasa kecuali sumringah menyambut Ramadhan. Insan yang menyadari betapa dosa melumuri dirinya, tidak ada rasa kecuali bahagia akan kedatangan bulan Ramadhan.

Mukmin Sejati Itu Dermawan

Salah satu pintu yang dibuka oleh Allah untuk meraih keuntungan besar dari bulan Ramadhan adalah melalui sedekah. Islam sering menganjurkan umatnya untuk banyak bersedekah. Dan bulan Ramadhan, amalan ini menjadi lebih dianjurkan lagi. Dan demikianlah sepatutnya akhlak seorang mukmin, yaitu dermawan. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan bahkan memberi contoh kepada umat Islam untuk menjadi orang yang dermawan serta pemurah. Ketahuilah bahwa kedermawanan adalah salah satu sifat Allah Ta’ala, sebagaimana hadits:

“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi, di shahihkan Al Albani dalam Shahihul Jami’, 1744)

Dari hadits ini demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pelit dan bakhil adalah akhlak yang buruk dan bukanlah akhlak seorang mukmin sejati. Begitu juga, sifat suka meminta-minta, bukanlah ciri seorang mukmin. Bahkan sebaliknya seorang mukmin itu banyak memberi. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah orang yang memberi dan tangan yang dibawah adalah orang yang meminta.” (HR. Bukhari no.1429, Muslim no.1033)

Selain itu, sifat dermawan jika di dukung dengan tafaqquh fiddin, mengilmui agama dengan baik, sehingga terkumpul dua sifat yaitu alim dan juud (dermawan), akan dicapai kedudukan hamba Allah yang paling tinggi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Dunia itu untuk 4 jenis hamba: Yang pertama, hamba yang diberikan rizqi oleh Allah serta kepahaman terhadap ilmu agama. Ia bertaqwa kepada Allah dalam menggunakan hartanya dan ia gunakan untuk menyambung silaturahim. Dan ia menyadari terdapat hak Allah pada hartanya. Maka inilah kedudukan hamba yang paling baik.” (HR. Tirmidzi, no.2325, ia berkata: “Hasan shahih”)

Keutamaan Bersedekah

Allah Subhanahu Wa Ta’ala benar-benar memuliakan orang-orang yang bersedekah. Ia menjanjikan banyak keutamaan dan balasan yang menakjubkan bagi orang-orang yang gemar bersedekah. Terdapat ratusan dalil yang menceritakan keberuntungan, keutamaan, kemuliaan orang-orang yang bersedekah. Ibnu Hajar Al Haitami mengumpulkan ratusan hadits mengenai keutamaan sedekah dalam sebuah kitab yang berjudul Al Inaafah Fimaa Ja’a Fis Shadaqah Wad Dhiyaafah, meskipun hampir sebagiannya perlu dicek keshahihannya. Banyak keutamaan ini seakan-akan seluruh kebaikan terkumpul dalam satu amalan ini, yaitu sedekah. Maka, sungguh mengherankan bagi orang-orang yang mengetahui dalil-dalil tersebut dan ia tidak terpanggil hatinya serta tidak tergerak tangannya untuk banyak bersedekah.

Diantara keutamaan bersedekah antara lain:

1. Sedekah dapat menghapus dosa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)

Diampuninya dosa dengan sebab sedekah di sini tentu saja harus disertai taubat atas dosa yang dilakukan. Tidak sebagaimana yang dilakukan sebagian orang yang sengaja bermaksiat, seperti korupsi, memakan riba, mencuri, berbuat curang, mengambil harta anak yatim, dan sebelum melakukan hal-hal ini ia sudah merencanakan untuk bersedekah setelahnya agar ‘impas’ tidak ada dosa. Yang demikian ini tidak dibenarkan karena termasuk dalam merasa aman dari makar Allah, yang merupakan dosa besar. Allah Ta’ala berfirman:

“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 99)

2. Orang yang bersedekah akan mendapatkan naungan di hari akhir.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang 7 jenis manusia yang mendapat naungan di suatu, hari yang ketika itu tidak ada naungan lain selain dari Allah, yaitu hari akhir. Salah satu jenis manusia yang mendapatkannya adalah:

“Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari no. 1421)

3. Sedekah memberi keberkahan pada harta.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim, no. 2588)

Apa yang dimaksud hartanya tidak akan berkurang? Dalam Syarh Shahih Muslim, An Nawawi menjelaskan: “Para ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud disini mencakup 2 hal: Pertama, yaitu hartanya diberkahi dan dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta menjadi ‘impas’ tertutupi oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan kebiasaan. Kedua, jika secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut ‘impas’ tertutupi pahala yang didapat, dan pahala ini dilipatgandakan sampai berlipat-lipat banyaknya.”

4. Allah melipatgandakan pahala orang yang bersedekah.

Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)

5. Terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki oleh orang yang bersedekah.

“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR. Bukhari no.3666, Muslim no. 1027)

6. Sedekah akan menjadi bukti keimanan seseorang.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sedekah adalah bukti.” (HR. Muslim no.223)

An Nawawi menjelaskan: “Yaitu bukti kebenaran imannya. Oleh karena itu shadaqah dinamakan demikian karena merupakan bukti dari Shidqu Imanihi (kebenaran imannya)”

7. Sedekah dapat membebaskan dari siksa kubur.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR. Thabrani, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib, 873)

8. Sedekah dapat mencegah pedagang melakukan maksiat dalam jual-beli

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Wahai para pedagang, sesungguhnya setan dan dosa keduanya hadir dalam jual-beli. Maka hiasilah jual-beli kalian dengan sedekah.” (HR. Tirmidzi no. 1208, ia berkata: “Hasan shahih”)

9. Orang yang bersedekah merasakan dada yang lapang dan hati yang bahagia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan yang bagus tentang orang yang dermawan dengan orang yang pelit:

“Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari no. 1443)

Dan hal ini tentu pernah kita buktikan sendiri bukan? Ada rasa senang, bangga, dada yang lapang setelah kita memberikan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan.

Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang mengabarkan tentang manfaat sedekah dan keutamaan orang yang bersedekah. Tidakkah hati kita terpanggil?

Kedermawanan Rasulullah di Bulan Ramadhan

Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, teladan terbaik bagi kita, beliau adalah orang yang paling dermawan, dan kedermawanan beliau lebih dahsyat lagi di bulan Ramadhan. Hal ini diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari, no.6)

Dari hadits di atas diketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada dasarnya adalah seorang yang sangat dermawan. Ini juga ditegaskan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling berani dan paling dermawan.” (HR. Bukhari no.1033, Muslim no. 2307)

Namun bulan Ramadhan merupakan momen yang spesial sehingga beliau lebih dermawan lagi. Bahkan dalam hadits, kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan melebihi angin yang berhembus. Diibaratkan demikian karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat ringan dan cepat dalam memberi, tanpa banyak berpikir, sebagaimana angin yang berhembus cepat. Dalam hadits juga angin diberi sifat ‘mursalah’ (berhembus), mengisyaratkan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki nilai manfaat yang besar, bukan asal memberi, serta terus-menerus sebagaimana angin yang baik dan bermanfaat adalah angin yang berhembus terus-menerus. Penjelasan ini disampaikan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari.

Oleh karena itu, kita yang mengaku meneladani beliau sudah selayaknya memiliki semangat yang sama. Yaitu semangat untuk bersedekah lebih sering, lebih banyak dan lebih bermanfaat di bulan Ramadhan, melebihi bulan-bulan lainnya.

Dahsyatnya Sedekah di Bulan Ramadhan

Salah satu sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi teladan untuk lebih bersemangat dalam bersedekah di bulan Ramadhan adalah karena bersedekah di bulan ini lebih dahsyat dibanding sedekah di bulan lainnya. Diantara keutamaan sedekah di bulan Ramadhan adalah:

1. Puasa digabungkan dengan sedekah dan shalat malam sama dengan jaminan surga.

Puasa di bulan Ramadhan adalah ibadah yang agung, bahkan pahala puasa tidak terbatas kelipatannya. Sebagaimana dikabarkan dalam sebuah hadits qudsi:

“Setiap amal manusia akan diganjar kebaikan semisalnya sampai 700 kali lipat. Allah Azza Wa Jalla berfirman: ‘Kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.’” (HR. Muslim no.1151)

Dan sedekah, telah kita ketahui keutamaannya. Kemudian shalat malam, juga merupakan ibadah yang agung, jika didirikan di bulan Ramadhan dapat menjadi penghapus dosa-dosa yang telah lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Orang yang shalat malam karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no.37, 2009, Muslim, no. 759)

Ketiga amalan yang agung ini terkumpul di bulan Ramadhan dan jika semuanya dikerjakan balasannya adalah jaminan surga. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Sesungguhnya di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. Allah menganugerahkannya kepada orang yang berkata baik, bersedekah makanan, berpuasa, dan shalat dikala kebanyakan manusia tidur.” (HR. At Tirmidzi no.1984, Ibnu Hibban di Al Majruhin 1/317, dihasankan Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/47, dihasankan Al Albani di Shahih At Targhib, 946)

2. Mendapatkan tambahan pahala puasa dari orang lain.

Kita telah mengetahui betapa besarnya pahala puasa Ramadhan. Bayangkan jika kita bisa menambah pahala puasa kita dengan pahala puasa orang lain, maka pahala yang kita raih lebih berlipat lagi. Subhanallah! Dan ini bisa terjadi dengan sedekah, yaitu dengan memberikan hidangan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Orang yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” (HR. At Tirmidzi no 807, ia berkata: “Hasan shahih”)

Padahal hidangan berbuka puasa sudah cukup dengan tiga butir kurma atau bahkan hanya segelas air, sesuatu yang mudah dan murah untuk diberikan kepada orang lain.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa dengan beberapa ruthab (kurma basah), jika tidak ada maka dengan beberapa tamr (kurma kering), jika tidak ada maka dengan beberapa teguk air.” (HR. At Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi, 696)

Betapa Allah Ta’ala sangat pemurah kepada hamba-Nya dengan membuka kesempatan menuai pahala begitu lebarnya di bulan yang penuh berkah ini.

3. Bersedekah di bulan Ramadhan lebih dimudahkan.

Salah satu keutamaan bersedekah di bulan Ramadhan adalah bahwa di bulan mulia ini, setiap orang lebih dimudahkan untuk berbuat amalan kebaikan, termasuk sedekah. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya manusia mudah terpedaya godaan setan yang senantiasa mengajak manusia meninggalkan kebaikan, setan berkata:

“Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (Qs. Al A’raf: 16)

Sehingga manusia enggan dan berat untuk beramal. Namun di bulan Ramadhan ini Allah mudahkan hamba-Nya untuk berbuat kebaikan, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Jika datang bulan Ramadhan, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari no.3277, Muslim no. 1079)

Dan pada realitanya kita melihat sendiri betapa suasana Ramadhan begitu berbedanya dengan bulan lain. Orang-orang bersemangat melakukan amalan kebaikan yang biasanya tidak ia lakukan di bulan-bulan lainnya. Subhanallah.

Adapun mengenai apa yang diyakini oleh sebagian orang, bahwa setiap amalan sunnah kebaikan di bulan Ramadhan diganjar pahala sebagaimana amalan wajib, dan amalan wajib diganjar dengan 70 kali lipat pahala ibadah wajib diluar bulan Ramadhan, keyakinan ini tidaklah benar. Karena yang mendasari keyakinan ini adalah hadits yang lemah, yaitu hadits:

“Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (ibadah) di dalamnya lebih baik dari 1000 bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah (tathawwu’). Barangsiapa (pada bulan itu) mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan, ia seolah-olah mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib, ia seolah-olah mengerjakan 70 kebaikan di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran itu balasannya surga. Ia (juga) bulan tolong-menolong, di mana di dalamnya rezki seorang Mukmin bertambah (ditambah). Barangsiapa (pada bulan itu) memberikan buka kepada seorang yang berpuasa, maka itu menjadi maghfirah (pengampunan) atas dosa-dosanya, penyelamatnya dari api neraka dan ia memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa (itu) sedikitpun.” Kemudian para Sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki makanan untuk diberikan sebagai buka orang yang berpuasa.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah memberikan pahala tersebut kepada orang yang memberikan buka dari sebutir kurma, atau satu teguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi, Al Hakim, Ibnu Khuzaimah (no. 1887) dan Al Ash-habani dalam At Targhib (178). Hadits ini didhaifkan oleh para pakar hadits seperti Al Mundziri dalam Targhib Wat Tarhib (2/115), juga oleh Dhiya Al Maqdisi di Sunan Al Hakim (3/400), bahkan dikatakan oleh Al Albani hadits ini Munkar, dalam Silsilah Adh Dhaifah (871).

Ringkasnya, walaupun tidak terdapat kelipatan pahala 70 kali lipat pahala ibadah wajib di luar bulan Ramadhan, pada asalnya setiap amal kebaikan, baik di luar maupun di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan oleh Allah 10 sampai 700 kali lipat. Berdasarkan hadits:

“Sesungguhnya Allah mencatat setiap amal kebaikan dan amal keburukan.” Kemudian Rasulullah menjelaskan: “Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, namun tidak mengamalkannya, Allah mencatat baginya satu pahala kebaikan sempurna. Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, lalu mengamalkannya, Allah mencatat pahala baginya 10 sampai 700 kali lipat banyaknya.” (HR. Muslim no.1955)

Oleh karena itu, orang yang bersedekah di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya 10 sampai 700 kali lipat karena sedekah adalah amal kebaikan, kemudian berdasarkan Al A’raf ayat 16 khusus amalan sedekah dilipatkan-gandakan lagi sesuai kehendak Allah. Kemudian ditambah lagi mendapatkan berbagai keutamaan sedekah. Lalu jika ia mengiringi amalan sedekahnya dengan puasa dengan shalat malam, maka diberi baginya jaminan surga. Kemudian jika ia tidak terlupa untuk bersedekah memberi hidangan berbuka puasa bagi bagi orang yang berpuasa, maka pahala yang sudah dilipatgandakan tadi ditambah lagi dengan pahala orang yang diberi sedekah. Jika orang yang diberi hidangan berbuka puasa lebih dari satu maka pahala yang didapat lebih berlipat lagi. Subhanallah…

Ayo jangan tunda lagi…

Selasa, 22 Maret 2011

SEDIKIT TENTANG GUSDUR

AL I'TIROF ABU NAWAS OLEH GUS DUR



SHOLAWAT BADAR



AL I'TIROF



HUWAN NUR GURU SEKUMPUL


SHOLATUM BISSALAMIL MUBIN



ISTIGFAR OLEH GUSDUR

sedikit tentang maulid habsy

Simthud-Durar fi akhbar Mawlid Khairil Basyar min akhlaqi wa awshaafi wa siyar” atau singkatannya “Simthud-Durar” adalah karangan mawlid Junjungan yang disusun oleh Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi (1259 – 1333H / 1839 – 1913M). Mawlid yang juga terkenal dengan panggilan “Mawlid Habsyi” ini telah diimla’kan oleh Habib Ali tatkala beliau berusia 68 tahun dalam beberapa majlis bermula pada hari Khamis 26 Shafar al-khair 1327 dan disempurnakan 10 Rabi`ul Awwal tahun tersebut dan dibacakan secara rasminya di rumah murid beliau Habib ‘Umar bin Hamid as-Saqqaf pada malam Sabtu tanggal 12 Rabi`ul Awwal.
Habib Thoha bin Hasan bin Abdur Rahman as-Saqqaf dalam “Fuyudhotul Bahril Maliy” menukil kata-kata Habib ‘Ali berhubung karangannya tersebut seperti berikut:-
  • ” Jika seseorang menjadikan kitab mawlidku ini sebagai salah satu wiridnya atau menghafalnya, maka sir Junjungan al-Habib s.a.w. akan nampak pada dirinya. Aku mengarangnya dan mengimla`kannya, namun setiap kali kitab itu dibacakan kepadaku, dibukakan bagiku pintu untuk berhubungan dengan Junjungan Nabi SAW…..”
Habib Novel bin Muhammad al-’Aydrus menceritakan bahawa antara keistimewaan “Simthud Durar” ialah seseorang yang mempelajarinya akan cepat menghafal al-Quran. Perkara ini beberapa kali berlaku pada murid-murid yang diasuh oleh Habib Husain Mulakhela, di mana sebelum menghafal al-Quran mereka disuruh membaca dan menghafal “Simthud Durar” dan ternyata hasilnya murid-murid tersebut lebih cepat menghafal al-Quran. Habib Husain Mulakhela sendiri mengalami hal sedemikian. Ketika diawal menuntut ilmu bahasa ‘Arab, gurunya, Habib Hadi Jawas telah menyuruhnya untuk terlebih dahulu mempelajari “Simthud Durar”. Setelah dipelajari dengan tekun, barulah diketahuinya bahawa “Simthud-Durar” menghimpun semua wazan / pola kata / tata kata dalam bahasa ‘Arab, sehingga dia menjadi mudah untuk menguasai ilmu nahu dan sharaf.
Setelah 100 tahun karangan mawlid ini beredar, kemasyhurannya tetap bersinar cemerlang dengan dijadikan bahan bacaan dan wiridan ramai pencinta Junjungan s.a.w. Mudah-mudahan ianya terus hidup subur dan keberkatannya dilimpahkan kepada segala yang mengaku umat Junjungan SAW.
Allahumma sholli wa sallim
asyrafas shoolati wat taslim
‘ala Sayyidina wa Nabiyiina
Muhammadi-nir Ra-ufir Rahim.
Allahumma sholli wa sallim wa baarik
‘alaihi wa ‘ala aaalih.

kitab maulid

Server 4Shared.com
simtudduror_a.mp3
simtudduror_b.mp3
simtudduror_c.mp3
simtudduror_d.mp3
simtudduror_e.mp3
simtudduror_f.mp3
simtudduror_g.mp3
simtudduror_h.mp3
simtudduror_i.mp3
simtudduror_j.mp3
simtudduror_k.mp3
simtudduror_l.mp3
simtudduror_m.mp3
simtudduror_n.mp3
simtudduror_o.mp3
simtudduror_p.mp3
simtudduror_q.mp3
simtudduror_r.mp3
Server Majalah Al Kisah
http://www.majalah-alkisah.com/mbashurah_qasidah1.mp3
http://www.majalah-alkisah.com/mbashurah_qasidah2.mp3
http://www.majalah-alkisah.com/mbashurah_qasidah3.mp3
http://www.majalah-alkisah.com/mbashurah_qasidah4.mp3
http://www.majalah-alkisah.com/mbashurah_qasidah5.mp3
http://www.majalah-alkisah.com/mbashurah_tolaal_badru.mp3
http://www.majalah-alkisah.com/mbashurah_qasidah7.mp3
http://www.majalah-alkisah.com/mbashurah_qasidah8.mp3
http://www.majalah-alkisah.com/mbashurah_qasidah9.mp3
http://www.majalah-alkisah.com/mbashurah_qasidah10.mp3
http://www.majalah-alkisah.com/mbashurah_tausiyah.mp3
Download PDF siap di print Maulid Al Habsyi / Simtudhuror

SYAIR PUJIAN

Yaa nabi salam ngalaika


Assalamu ‘alaika


Allah Allahu


Ya Rasulallah salamun ‘alaik




Yang ini lain lagi. Semangat. Annabi shollu ‘alaik


Selamat menikmati.

Habib dan Maulid Habsyi

Lelaki itu bernama Habib Novel Hussein Alaydrus. Tinggi, kurus, berhidung agak mancung. Perawakan dan perwajahan yang masih berwarna Timur Tengah. Namun, kemelayuannya jelas lebih kental. Entah sudah keturunan keberapa dari Muhammad Rasulullah. Malam ini aku berjumpa dan bershalawat bersamanya.

Ba’da isya menelusuri kembali jalanan menuju Sungai Tabuk, sebuah kecamatan di kabupaten Banjar. Sekitar 20 kilometer dari kota Banjarmasin. Memacu motor di sepanjang pinggir sungai Martapura, sungai besar yang menjadi pusat bagi seluruh aktivitas masyarakat. Mungkin bagi yang pertama kali datang—dan tidak terbiasa dengan peradaban sungai—akan merasa jijik, kotor dan segera menjauh. Tapi, itulah. Di sini, hidup adalah air, sekotor dan secoklat apapun airnya. Tercampur dengan berbagai benda: cair dan padat.

Tidak ada setengah jam, aku sampai di sebuah rumah mungil berlantai dua. Jangan banyangkan seperti di perkotaan. Rumah ini seluruhnya terbuat dari kayu. Lantai satupun jika aku berdiri, kepala menyentuh atapnya, tidak sampai dua meter. Di ruangan sempit berukuran 4x4 itu, telah duduk tiga orang. Seorang guru, anak muda dan habib sendiri. Aku masuk bersama temanku, mengenalkan diri dan berbincang ala kadarnya.

Lima belas menit kemudian, habib menyuruhku berwudhu, “kita akan bermaulid habsyi,“ katanya dengan wajah wibawa. Bergegas aku ke depan rumah. Tepat di seberang jalan depan rumah, terbentang sungai Martapura yang lebar. Banyak jukung (perahu kecil, alat transportasi di Banjar) berlayar, bahkan tongkang batu bara melewatinya aliran Martapura.

Malam itu gelap. Jengkerik terdengar keras suaranya di seberang sungai yang penuh rawa-rawa. Hawa dingin menelusup kulit saat air berwarna coklat tua itu kubasuhkan ke wajah. Ku buang rasa jijik. “Bukankah air ini musta’mal, lebih dari dua qullah bahkan air ini mengalir, yang menurut Syafi’i dihukumi suci,“ batinku.

Selesai wudhu, kembali duduk melingkar. Lalu, mulailah ritual maulid habsyi itu. Pertama dupa dinyalakan. Para Tionghoa biasa memakai benda yang mereka sebut hio (dupa harum) itu sebagai perangkat sembahyang di kelenteng. Di ruangan sempit ini, benda berbentuk batang kayu kecil mirip kembang api itu dinyalakan. Efeknya, seluruh ruangan dipadati bau harum yang aneh. Nuansa magis menyeruak.

Lalu, di tangan habib mengoleskan minyak wangi yang berbau kasturi ke seluruh baju gamisnya. Telapak tangan luar dalam, juga lehernya tak ketinggalan. Botol kecil lonjong itu diedarkan keliling, aku mengikuti yang habib perbuat. Tangan dan baju kaosku kuolesi cairan warna emas yang harumnya setengah mati itu. Suasana magis makin tajam. Rasanya ada di sekeliling malaikat.

Habib mulai berkomat-kamit. Lama-lama semakin jelas. Pertama nama Rasulullah, lalu istri-istrinya, anak-anaknya. Terutama Abu Karbala: Hussein bin Ali bin Abu Thalib ra. Lamat kudengar nama-nama shahabat disebut. Satu persatu, ada Ka’ab bin Malik, Malik bin Anas, Salman al-Farisi, dan sebagainya. Batinku, luar biasa habib ini. Menyebut nama sahabat sembari terpejam mata. Mungkin membayangkan wajah dari nama-nama yang disebut. Setiap jeda beberapa nama, diikuti shalawat nabi yang kami sahuti berirama. Terakhir, habib mengucapkan nama kakek-kakek dan buyutnya, yang menyambungkan nasabnya hingga ke Muhammad.

Setalah itu, kitab Shimtud-Durar dibuka. Habib membaca keras dan berirama. Setiap dua bait dilanjuti shalawat. Bergantian memutar membaca kitab kecil warna hijau itu. Sampai pada orang ketiga, seluruh hadirin berdiri. Lantunan shalawat makin melengking. Suara merdu bersahutan mengirim cinta pada Muhammad, mendoakan keselamatan bagi baginda rasul. Sepuluh menit kemudian, kami duduk lagi. Doa terakhir oleh tuan guru. Selesailah ritual pembacaan Maulid Habyi.

Wajah-wajah agak sembab. Terbuai masuk dalam dunia magis dan spiritual yang diciptakan Maulid Habsyi. Tak banyak pembicaraan setelah itu. Bersalaman lalu pulang, sementara habib naik ke lantai dua setelah sebelumnya menyuruhku makan di dapur keluarga. Dasar memang belum makan, aku habiskan lauk bakwan yang tersedia. Rasanya lezat, mungkin karena habis bershalawat tadi.

Selesai, lalu kami berdua pamitan pulang. Membawa setumpuk nuansa baru. Cinta akan nabi dan keluarganya. Juga sahabat dan pengikutnya.

Habib Ali Al-Habsyi, penggubah Maulid Simthud Durar

Al-Habib Al-Imam Al-Allamah Ali bin Muhammad bin Husin Al-Habsyi
(Berikut ini adalah riwayat hidup penyusun kitab maulid Simthud durar yang diambil dari situs alawiyin).

Al-Habib Al-Imam Al-Allamah Ali bin Muhammad bin Husin Al-Habsyi dilahirkan pada hari Juma’at 24 Syawal 1259 H di Qasam, sebuah kota di negeri Hadhramaut. Beliau dibesarkan di bawah asuhan dan pengawasan kedua orang tuanya; ayahandanya, Al-Imam Al-Arif Billah Muhammad bin Husin bin Abdullah Al-Habsyi dan ibundanya; As-Syarifah Alawiyyah binti Husain bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri, yang pada masa itu terkenal sebagai seorang wanita yang solihah yang amat bijaksana.
Pada usia yang amat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Quran dan berhasil menguasai ilmu-ilmu zahir dan batin sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan untuk itu. Oleh karenanya, sejak itu, beliau diizinkan oleh para guru dan pendidik nya untuk memberikan ceramah-ceramah dan pengajian-pengajian di hadapan khalayak ramai, sehingga dengan cepat sekali, dia menjadi pusat perhatian dan kekaguman serta memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang. Kepadanya diserahkan tampuk kepimpinan tiap majlis ilmu, lembaga pendidikan serta pertemuan-pertemuan besar yang diadakan pada masa itu.
Selanjutnya, beliau melaksanakan tugas-tugas suci yang dipercayakan padanya dengan sebaik-baiknya. Menghidupkan ilmu pengetahuan agama yang sebelumnya banyak dilupakan. Mengumpulkan, mengarahkan dan mendidik para siswa agar menuntut ilmu, di samping membangkitkan semangat mereka dalam mengejar cita-cita yang tinggi dan mulia.
Untuk menampung mereka, dibangunnya Masjid “Riyadh” di kota Seiwun (Hadhramaut), pondok-pondok dan asrama-asrama yang diperlengkapi dengan berbagai sarana untuk memenuhi keperluan mereka, termasuk soal makan-minum, sehingga mereka dapat belajar dengan tenang dan tenteram, bebas dari segala pikiran yang mengganggu, khususnya yang bersangkutan dengan keperluan hidup sehari-hari.
Bimbingan dan asuhan beliau seperti ini telah memberinya hasil kepuasan yang tak terhingga dengan menyaksikan banyak sekali di antara murid-muridnya yang berhasil mencapai apa yang dicitakannya, kemudian meneruskan serta menyiarkan ilmu yang telah mereka peroleh, bukan sahaja di daerah Hadhramaut, tetapi tersebar luas di beberapa negeri lainnya – di Afrika dan Asia, termasuk di Indonesia.
Di tempat-tempat itu, mereka mendirikan pusat-pusat dakwah dan penyiaran agama, mereka sendiri menjadi perintis dan pejuang yang gigih, sehingga mendapat tempat terhormat dan disegani di kalangan masyarakat setempat. Pertemuan-pertemuan keagamaan diadakan pada berbagai kesempatan. Lembaga-lembaga pendidikan dan majlis-majlis ilmu didirikan di banyak tempat, sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan dalam ruang lingkup yang luas sekali.
Beliau meninggal dunia di kota Seiwun, Hadhramaut, pada hari Ahad 20 Rabi’ul Akhir 1333 H dan meninggalkan beberapa orang putera yang telah memperoleh pendidikan sebaik-baiknya dari beliau sendiri, yang meneruskan cita-cita beliau dalam berdakwah dan menyiarkan agama.
Di antara putera-putera beliau yang dikenal di Indonesia ialah puteranya yang bongsu; Al-Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, pendiri Masjid “Riyadh” di kota Solo (Surakarta). Dia dikenal sebagai peribadi yang amat luhur budi pekertinya, lemah-lembut, sopan-santun, serta ramah-tamah terhadap siapa pun terutama kaum yang lemah, fakir miskin, yatim piatu dan sebagainya. Rumah kediamannya selalu terbuka bagi para tamu dari berbagai golongan dan tidak pernah sepi dari pengajian dan pertemuan-pertemuan keagamaan.
Beliau meninggal dunia di kota Palembang pada tanggal 20 Rabi’ul Awal 1373 H dan dimakamkan di kota Surakarta. Banyak sekali ucapan Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi yang telah dicatat dan dibukukan, di samping tulisan-tulisannya yang berupa pesan-pesan ataupun surat-menyurat dengan para ulama di masa hidupnya, juga dengan keluarga dan sanak kerabat, kawan-kawan serta murid-murid beliau, yang semuanya itu merupakan perbendaharaan ilmu dan hikmah yang tiada habisnya.
Dan di antara karangan beliau yang sangat terkenal dan dibaca pada berbagai kesempatan di mana-mana, termasuk di kota-kota di Indonesia, ialah risalah kecil ini yang berisi kisah Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dan diberinya judul “Simtud Duror Fi Akhbar Maulid Khairil Basyar wa Ma Lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar (Untaian Mutiara Kisah Kelahiran Manusia Utama; Akhlak, Sifat dan Riwayat Hidupnya).
Simthud Durar (Untaian Mutiara)
Al-Habib al-Imam al-Allamah Ali bin Muhammad Husain al-Habsy
Ash-shalatul ula, Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad
Maa laaha fil ufqi nuuru kawkab
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad, Al-fatihil khaatimil muqarrab
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Al-mush-thafaa al-mujtabaa al-muhabab,Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad, Maa laaha badrun wa ghaaba ghay-hab, Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad, Maa riihu nashrim bin nashri qad-hab
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Maa saaratil ‘iisu bathna sabsab
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Wa kulli man lil habiibi yunsab
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad, Wa kulli man lin nabiyi yash-hab
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Waghfir wa saamih man kaana adznab
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Wa ballighil kulla kulla mathlab
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Wasluk binaa rabbi khayra madz-hab
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Waslih wa sahhil maa qad tasha’ab
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,A’lal baraayaa jaahan wa arhab
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad, Ashdaqi ‘abdin bil haqqi a’rab
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Khayril waraa man hajaan wa ashwab
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Maa thayru yumnin ghannaa fa athrab
Ash-shalatuts-tsaaniyah
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Asyrafi badrin fiil kawni asyraq
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad
Akrami daa’in yad’uu ilal haqq
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Al-mush-thafaash shaadiqil mushaddaq
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Ahlaal waraa man thiqan wa ashdaq
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Afdhali man bittuqaa tahaqqaq
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Man bissakhaa wal wafaa takhallaq
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Wajma’minasy-syamli maa tafarraq
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Washlih wa sahhil maa qad ta’awwaq
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Waftah minal khayri kulla mughlaq
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Wa aalihii wa man binnabiyi ta’alaq
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Wa aalihii wa man lil habiibi ya’syaq
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Wa man bi hablin nabiyi tawas-tsaq
Yaa Rabbi shalli ‘alaa Muhammad,Yaa Rabbi shalli ‘alayhi wa sallim
Mahallul Qiyam (berdiri)
Asyraqal kawnub tihaajan,Alam bersinar-sinar bersuka ria
Biwujudil musthafaa ahmad,Menyambut kelahiran al-Musthafa Ahmad
Wa li ahnil kawni un sun,Riang gembira meliputi penghuninya
Wa suruurun qad tajaddad,Sambung-menyambung tiada henti
Fathrabuu yaa ahlal matsyaanii,Berbahagialah wahai pengikut al-Quran
Fahazaarul yumni gharrad,Burung-burung kemujuran kini berkicau
Wastadhii’uu bi jamaalin,Bersuluhan dengan sinar keindahan
Faaqa fil husni tafarrad,Mengungguli semua yang indah tiada banding
Walanaal busyraa bisa’din,Kini wajiblah kita bersuka cita
Mustamirrin laysa yanfad,Dengan keberuntungan terus-menerus tiada habisnya
Haytsu uutiinaa ‘athaa an,Manakala kita memperoleh anugerah
Jama’al fakhral muu abbad,Padanya terpadu kebanggaan abadi
Fali rabbi kullu hamdin,Bagi Tuhanku segala puji
Jalla an yahshura hul ‘ad,Tiada bilangan mampu mencukupinya
Idz habaa naabi wujuudil al-mushthafaal haadii Muhammad
Atas penghormatan yang dilimpahkan-Nya bagi kita dengan lahirnya al-Musthafa al-Haadi Muhammad
Yaa rasuulal-laahi ahlan,Yaa Rasulullah, selamat datang
Bika inna bika nas’ad,Sungguh kami beruntung dengan kehadiranmu
Wabijaahih yaa ilaahii,Semoga Engkau berkenan memberi nikmat karunia-Mu,Judwa balligh kulla maqsh’ad,Mengantarkan kami ke tujuan idaman
Wahdinaa nahja sabiilih,Tunjukilah kami jalan yang ia tempuh
Kay bihii nus’ad wa nursyad,Agar dengannya kami bahagia dan memperoleh kebaikan yang melimpah
Rabbi ballighnaa bijaahih,Tuhanku, demi mulia kedudukannya di sisi-Mu
Fii jiwaarihi khayra maq’ad,Tempatkanlah kami sebaik-baiknya di sisinya. Washalaatul-laahi taghsyaa,Semoga shalawat Allah meliputi selalu,Asyrafar rusli Muhammad,Rasul paling mulia, Muhammad
Wasalaamun mustamirrun,Dan salam terus-menerus
Kulla hiinin yatajaddad,Silih berganti setiap saat
Shalawaatusy-syariifah,A’uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim, Bismillaahir rahmaanir rahiim, Innallaaha wa malaa-ikatahuu yushalluuna ‘alan Nabiiyyi/yaa ayyuhal ladziina ‘aamanu shalluu ‘alayhi wa sallimu tasliimaa, Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi shalli ‘alayhi wa sallim
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi balligh-hul wasiilah
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi khush-shahuu bil fadhiilah, Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi wardha ‘anish shahaabah,Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi wardha ‘anish sulalaah.
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi wardha ‘anil masyaayikh
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi wardha ‘anil a-immah
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi farham waalidiinaa Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi warhamnaa jami’aa
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi waghfir likulli mudznib
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi warzugnasy-syahaadah
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi hithnaa bis-sa’aadah Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi washlih kulla muslih
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi wakfi kulla mu’dzii
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi ballighnaa nazuuruh
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi taghsyaa naa-binuurih
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi yaa saami’u du’aanaa
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi laa taqtha’ rajaanaa
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi hif-zhaanaka wa amaanak
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi ajinaa min ‘adzaabik
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi adziqnaa barda ‘afwik
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi nas-a-lukas salaamah
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi min hawlil qiyaamah
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi nakhtim bil-musyaffa’
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad, Yaa Rabbi ‘alayhi wa sallim
Yaa amaanal khaa-i-fiin,Sallimnaa mimmaa nakhaaf
Yaa munajjiyal mu’miniin, Najjinaa mimmaa nakhaf,Wa nahdzar

PPRT SETAIL

Loading